Bisakah Rami Membantu Mengatasi Psikosis? Penelitian Baru Menyarankan CBD Dapat Menawarkan Harapan
Penulis: Ondrej Stovicek
Kegilaan adalah gangguan mental berat yang ditandai dengan hilangnya koneksi dengan kenyataan, sering kali bermanifestasi melalui halusinasi, delusi, dan parah kegelisahan. Meskipun terdapat penelitian yang signifikan, penyebab pasti psikosis masih sulit dipahami, sehingga sulit untuk mengembangkan pengobatan yang efektif. Namun, sebuah penelitian baru yang diterbitkan di JAMA Psikiatri menawarkan wawasan yang menjanjikan tentang potensi ganja, khususnya cannabidiol (CBD), untuk membantu meringankan gejala psikosis.
Peran Rami dan Bahan Aktifnya
Rami mengandung beberapa bahan aktif, dengan yang paling terkenal Δ⁹-tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD). Meskipun THC telah dikaitkan dengan perkembangan psikosis pada beberapa individu, penelitian terbaru menunjukkan hal tersebut CBD mungkin menawarkan manfaat terapeutik, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi terkena gangguan psikotik.
CBD: Potensi Terobosan dalam Pengobatan Psikosis
Dalam penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Inggris, CBD terbukti "menghidupkan kembali" otak individu yang berisiko tinggi terkena psikosis. Para peneliti memberikan dosis tunggal 600 miligram CBD kepada 33 orang yang berisiko tinggi terkena psikosis dan membandingkan aktivitas otak mereka dengan 19 orang sehat. Hasilnya sangat mengejutkan: CBD secara signifikan mengurangi aktivitas otak abnormal di bidang utama yang terkait dengan psikosis, termasuk striatum, lobus temporal medial, dan otak tengah, membawanya mendekati tingkat normal.
“Hasil ini dapat membuka jalan bagi pengembangan terapi antipsikotik kelas baru,” kata Sanjik Bhattacharya, Ph.D., profesor ilmu saraf translasi dan psikiatri di King's College London dan penulis utama studi tersebut. “Padahal kami mengetahui dari penelitian sebelumnya bahwa CBD memiliki efek antipsikotik, penelitian ini membantu kami memahami cara kerjanya.”
CBD dan Dampaknya terhadap Aktivitas Otak
Studi menemukan bahwa CBD secara khusus mengurangi aktivitas di nukleus kaudatus, bagian otak tengah yang terkait dengan risiko klinis psikosis. Normalisasi aktivitas otak ini menunjukkan hal itu CBD mungkin efektif dalam mengurangi gejala awal psikosis, bahkan sebelum diagnosis lengkap dibuat.
Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya, termasuk penelitian pada bulan Desember 2017, yang menunjukkan hal tersebut pasien yang diobati dengan CBD menunjukkan lebih sedikit gejala psikotik dan kecil kemungkinannya untuk diklasifikasikan sebagai psikotik oleh psikiater.
Masa Depan CBD dalam Pengobatan Psikosis
Salah satu aspek CBD yang paling menjanjikan adalah aspeknya potensi penyalahgunaan yang rendah, karena non-psikoaktif. Langkah selanjutnya yang dilakukan para peneliti adalah melakukan uji klinis untuk menyelidiki lebih lanjut kemanjuran CBD sebagai pengobatan psikosis. “Jika berhasil, uji coba ini bisa memberikan hasil bukti pasti peran CBD sebagai pengobatan antipsikotik dan mengarah pada penggunaannya dalam pengaturan klinis,” jelas Bhattacharya. “Temuan kami mulai mengungkap mekanisme otak di balik pengobatan baru yang bekerja secara berbeda dari antipsikotik tradisional.”